WELCOME TO THE BLOG SUTRISNO MBAH NDO

Tuesday, January 15, 2013

Manten Kucing

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم




Riwayat ritual manten kucing itu mempunyai sejarah panjang, yang hingga sekarang masih dipercaya oleh masyarakat setempat. Dahulu, di Desa Pelem hidup seorang Demang yang dikenal dengan sebutan Eyang Sangkrah. Ia adalah sosok linuwih dalam ilmu kejawen. Eyang Sangkrah memiliki seekor kucing condromowo (bulunya tiga warna) jantan dengan sepasang mata istimewa.
Suatu ketika, sekitar tahun 1928, Desa Pelem dilanda kemarau panjang. Masyarakat desa kesulitan untuk mendapatkan air. Sebagai seorang pemimpin desa, Eyang Sangkrah merasa bertanggungjawab atas nasib penduduknya. Berbagai ritual untuk memohon hujan dilakukan, tapi air tidak kunjung turun.


Eyang Sangkrah merasa kehabisan cara. Dalam kebingungan itu, Eyang Sangkrah mandi di telaga yang berada di desanya. Secara tidak sengaja, saat mandi, kucing jantannya yang selalu ikut ke mana-mana itu bermain air.Begitu kucingnya main air, selang beberapa saat hujan lebat mengguyur desa ini.
Semenjak peristiwa tersebut, masyarakat di desa itu meyakini keampuhan ritual manten kucing. Jika Desa Pelem dilanda kemarau panjang, warga akan menggelar ritual memandikan kucing di telaga tempat Eyang Sangkrah memandikan kucingnya.
Seiring perkembangan zaman dan bergantinya generasi, masyarakat setempat menamakan ritual tersebut sebagai manten kucing. Agar suasana lebih meriah, biasanya, masyarakat menambahkan kesenian lokal, seperti tiban dan jidor, untuk mengiringi ritual. Pelaksanaannya pun dikemas dengan nuansa kesenian. Sebelum kucing dimandikan di coban, warga terlebih dahulu mengarak kucing keliling desa.




No comments:

Post a Comment