WELCOME TO THE BLOG SUTRISNO MBAH NDO

Wednesday, January 16, 2013

Ludruk

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah kelompok seniman yang menggelar pertunjukan di atas sebuah panggung. Ludruk mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain-lain. Pagelaran seni ludruk diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan suara musik dari gamelan.
Bahasa yang dipakai dalam pertunjukan kesenian ludruk merupakan artikulasi bahasa masyarakat Surabaya. Karakteristik masyarakat Surabaya dan sekitarnya tercermin dalam karakter tokoh dalam seni ludruk. Kondisi percakapan masyarakat Surabaya bersifat lugas, blak-blakan dan guyonan.
Gambaran tersebut mudah-mudahan bisa memperkaya pengetahuan kita dalam mempelajari budaya Indonesia.


Ketoprak

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Ketoprak adalah drama  tradisional yang tumbuh dan berkembang pesat di kota Tulungagung dan ketoprak yang masih  tenar dan terkenal di kalangan masyarakat sampai saat ini adalah Ketoprak Siswo Budoyo.


Barangkali Ketoprak Siswo Budoyo yang di pimpin oleh Ki Siswondo ini merupakan ketoprak pertama yang menggunakan teknik salto ke belakang, yang benar-benar membutuhkan keterampilan khusus. Endang Wijayanti, mantan primadona Siswo Budoyo dan istri kedua Ki Siswondo, mengaku sering diminta sang pemimpin menemaninya mencari ide dan mengembangkan inovasi.

Ia sering diajak ke bioskop untuk menggali cerita baru dan mempelajari kisah sejarah dan pewayangan. Prinsipnya, Siswo Budoyo tahu dan peka terhadap apa yang dibutuhkan penonton. Tak hanya teknik penyajian, cerita yang disajikan Siswo Budoyo pun inovatif. Di saat-saat tertentu, mereka menggelar lakon Tutur Tinular, Pedang Naga Puspa, Saur Sepuh, dan film laga lokal yang sedang ngetop masa itu. Pendek kata, Ki Siswondo ingin, siapa pun yang menyaksikan pementasan Siswo Budoyo akan merasa seperti di dalam gedung bioskop menonton film teknik tinggi. Sayangnya, kreasi dan imajinasi seperti itu kini harus membentur kenyataan sejarah. Hanya dengan di rumah menyaksikan televisi, orang kini bisa menikmati perkelahian yang hidup dan cerita tradisional kolosal serupa, tanpa harus bepergian. Seni panggung, seperti juga bioskop, kini tinggal kenangan tentu juga dengan penuh harapan bisa muncul kembali.

 

Tuesday, January 15, 2013

Langen Beksan Tayub

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم





Lelangen Beksa / Tayub Tulungagung merupakan suatu adat istiadat yang bisa turut memperkenalkan Tulungagung ke mata dunia. Lelangan Beksa merupakan nilai-nilai yang diajarkan dalam Masyarakat Jawa, atau petuah yang selalu disampaikan saat ada hajatan atau acara-acara resmi.

Tayub masih tumbuh subur di Wilayah Tulungagung,Kesenian yang satu ini masih banyak pengemarnya terbukti dari begitu banyaknya tanggapan dan tumbuh suburnya sanggar Tayub di Tulungagung.

Dalam pengamatan PPW(Paguyuban Pecinta Wayang) Jatim di Wilayah Trenggalek, Tulungagung dan Ponorogo saja hampir setiap minggunya lebih dari 7 pertunjukan live Tayub di berbagai agenda Acara baik pernikahan, Ulang Tahun, Bersih Desa, Sunatan dan Syukuran masih marak dengan Hiburan Tayub, bahkan Pedagang VCD yang telah dimintai keterangan hampir tiap hari lebih dari 30 keping VCD Tayub live terjual, itu terbukti bahwa kesenian Tayub masih diminati dan tidak hanya dikalangan orang tua bahkan banyak pemuda juga suka dengan Tayub.